Senja, Dzikir, dan Jejak Guru Mursyid: Haul Asy Syadziliyah di Kalirejo

ReD
Senin, 01 Desember 2025, 12/01/2025 WIB Last Updated 2025-12-01T15:59:56Z

www.domainesia.com
lentera-indonesia

LenteraIndonesia.co.id || Kalirejo, Ungaran Timur — Sore itu, suasana di Kalirejo ungaran timur kab.semarang berubah menjadi ruang batin yang hening. Para jamaah penderek Thoriqoh Asy Syadziliyah datang dari berbagai penjuru, berkumpul dengan adab yang seolah lahir dari hati yang telah lama ditempa oleh para guru mursyid.


Di antara mereka, hadir sosok sederhana yang begitu dihormati. Tidak perlu suara lantang atau tanda-tanda keagungan yang dibuat-buat—cukup wibawanya, dan para jamaah serentak merapikan sikap.


Jika dzikir adalah gelombang, maka dawuh beliau adalah kompas: tenang, tajam, dan menembus hati. Ada yang menunduk, ada yang menahan haru, ada pula yang menggenggam tasbih lebih erat seperti sedang memeluk keteguhan diri.


Pada momen itu, Kalirejo serasa menjadi ruang suci tanpa dinding, tempat di mana adab, keteduhan, dan pencarian makna bertemu dalam satu tarikan napas.


Tradisi yang Tak Padam di Tengah Waktu yang Terus Berjalan


Haul menjadi titik temu lintas generasi.


Di barisan depan, para sesepuh duduk dengan ketenangan yang hanya bisa lahir dari perjalanan panjang dalam menapaki jalan tarekat. Tatapan mereka teduh, gerak mereka perlahan, namun setiap keberadaan mereka menjadi isyarat tentang kebijaksanaan yang telah matang.


Di belakangnya, generasi muda duduk dengan penuh hormat, menyimak setiap nasihat dan doa. Tak ada paksaan. Tak ada formalitas yang dibuat-buat.


Tradisi haul bertahan justru karena hati manusia enggan kehilangan jejak para guru mursyid—jejak yang menjadi penerang di tengah derasnya arus dunia.


Dalam haul ini, bukan sekadar nama yang dikenang, melainkan warisan rohani yang dijaga dengan kesungguhan: adab, doa, dan hubungan batin antara murid dan mursyid.


Senja Mengantar Jamaah Pulang Dengan Ketenangan


Menjelang sore, sinar matahari merunduk perlahan di balik Gunung Ungaran, memancarkan warna keemasan yang menyapu halaman acara. Udara menjadi lembut, seakan ikut memeluk setiap jamaah yang bersiap kembali ke rumah masing-masing.


Mereka pulang tanpa banyak membawa benda fisik, namun hati mereka pulang dengan sesuatu yang jauh lebih berharga:


Ketenangan dari mengingat Allah, dan keberkahan yang mengalir melalui sanad para guru mursyid yang diwarisi dengan penuh kasih dan adab.


Langkah-langkah mereka pelan, seolah masih ingin menyimpan hening itu lebih lama. Sebagian menunduk, sebagian berbisik doa, sebagian lain hanya tersenyum—seperti menemukan kembali diri yang sempat hilang dalam hiruk-pikuk kehidupan.


Menjaga Jejak Para Guru, Menjaga Cahaya di Hati


Haul bukanlah sekadar agenda tahunan. Ia adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini, antara guru dan murid, antara doa dan kenyataan hidup sehari-hari.


Melalui haul, generasi muda belajar bahwa spiritualitas bukan hanya wacana, tetapi kehidupan yang dijalani secara perlahan namun istiqamah.


Dan pada sore itu, Kalirejo menjadi bukti bahwa meski dunia terus berubah, tradisi yang dijaga dengan cinta, adab, dan keikhlasan tak akan pernah padam.


Editor : Tim

Komentar

Tampilkan

BERITA TERBARU

Laporan-Masyarakat

+